Pasukan Israel menyerang sebuah rumah duka di Beit Lahia, Gaza utara, pada Jumat, menewaskan sedikitnya tujuh orang, termasuk ayah yang baru menguburkan anaknya dan anak yang baru kehilangan ayahnya—menunjukkan bahwa bahkan saat berduka pun warga Gaza tak luput dari serangan.

Rumah duka itu didirikan untuk menghormati tiga anggota keluarga Al-Masri yang tewas sehari sebelumnya akibat serangan Israel. Ketika keluarga dan kerabat berkumpul, jet tempur Israel menggempur lokasi tersebut, menyebabkan kobaran api dan kematian baru di tengah suasana berkabung.

Serangan brutal ini adalah bagian dari rangkaian serangan udara Israel yang makin intensif di Gaza sejak Jumat dini hari, menewaskan sedikitnya 45 warga Palestina di berbagai lokasi, termasuk di kamp pengungsi al-Bureij dan pusat Kota Gaza, di mana sejumlah polisi juga menjadi korban saat mencoba menjaga ketertiban.

Sementara itu, militer Israel terus memperluas operasi daratnya di Gaza timur dan utara, memaksa ribuan warga mengungsi tanpa peringatan. Banyak keluarga kehilangan tempat tinggal dan terpaksa melarikan diri di tengah kehancuran total.

Sejak 7 Oktober 2023, Gaza menghadapi perang penghancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya: lebih dari 165.000 warga tewas atau terluka—mayoritas wanita dan anak-anak—dan lebih dari 11.000 masih hilang. Blokade ketat juga memicu kelaparan parah dan lumpuhkan infrastruktur yang tersisa.