“Apakah Rumahmu Masih Berdiri?” Jadi Pertanyaan Semua Warga Gaza yang Ingin Pulang

“Apakah Rumahmu Masih Berdiri?” Jadi Pertanyaan Semua Warga Gaza yang Ingin Pulang

12 Oct 2025 - Berita

Menyusul penarikan pasukan Israel dari wilayah utama Gaza dalam fase awal gencatan senjata yang didukung Presiden AS Donald Trump, ribuan warga Palestina yang telah lama mengungsi mulai kembali ke Gaza utara, Kota Gaza, dan Khan Younis. Namun, kepulangan mereka membawa satu pertanyaan yang menghantui setiap langkah:

“Apakah rumahmu masih berdiri?”

Bagi banyak keluarga, pertanyaan itu kini menggantikan kekhawatiran tentang keselamatan, makanan, atau tempat berteduh. Ia menjadi simbol dari luka emosional akibat perang dan pengungsian berbulan-bulan yang mengubah wajah Gaza secara permanen.

Di seluruh wilayah, pemandangan kehancuran total terbentang sejauh mata memandang. Jalanan tak lagi dikenali, blok-blok perumahan menjadi puing, dan rumah sakit, sekolah, serta masjid berdiri dalam keadaan nyaris roboh. Bagi sebagian warga, yang tersisa hanyalah rangka beton dan kenangan.

Penulis Gaza, Ahmed Serdah, menulis di Facebook:

“Akhir perang yang sesungguhnya adalah ketika kau kembali dan mendapati rumahmu masih berdiri. Tapi jika kau menemukannya hancur, perang baru dimulai di dalam dirimu.”

Kata-kata itu menggambarkan perasaan Mahmoud Al-Jabari, yang berdiri di atas reruntuhan rumah keluarganya di Gaza utara.

“Yang saya temukan hanyalah cangkir teh ibu saya di antara puing-puing,” ujarnya pelan. “Hanya itu yang tersisa dari kehidupan kami di sini.”

Bagi Amal Haboub, 42 tahun, seorang ibu yang mengungsi di tempat penampungan PBB di Gaza tengah, pulang berarti menghadapi harapan yang rapuh.

“Saya berjalan berjam-jam hanya untuk mencapai Sheikh Redwan, tempat rumah saya dulu berdiri,” katanya. “Atapnya sudah hilang, dindingnya retak dan menghitam, tapi masih berdiri. Itu lebih dari yang saya harapkan.”

Warga lain, Entisar Ashour dari Tel Al-Hawa, hanya bisa mengenang rumah keluarganya yang lenyap diterjang bom.

“Tempat kami berbagi semua kenangan telah hilang,” ujarnya lirih.

Sementara bagi Huda Al-Najjar, seorang guru dari Khan Younis, kepulangan bukan hanya tentang bangunan.

“Saya tidak kembali mencari tembok,” katanya. “Saya datang untuk berdiri di tanah saya. Untuk menunjukkan kepada anak-anak saya bahwa kami masih di sini.”

Di rumah sakit Al-Aqsa, Nouran Mohamed, seorang perawat, menggambarkan babak baru penderitaan yang kini dihadapi rakyat Gaza.

“Genosida mungkin telah berhenti, tapi penderitaan kami belum,” katanya. “Kami merawat luka fisik dan trauma batin yang mungkin tak akan pernah sembuh. Namun, keteguhan yang saya lihat setiap hari sungguh tak terlukiskan.”

Kini, di tengah reruntuhan dan kehilangan, rakyat Gaza kembali berusaha menemukan kehidupan di antara puing-puing dengan satu keyakinan yang tetap utuh: bahwa mereka masih berdiri di tanah mereka sendiri.

Bagikan

Baca Berita Terbaru Lainnya

Join Us!