Israel Bunuh Seluruh Keluarga Ward

Israel Bunuh Seluruh Keluarga Ward

28 May 2025 - Berita

Ward al-Sheikh Khalil, anak perempuan berusia enam tahun, kini berjalan sendirian di tengah puing dan api yang membakar sisa-sisa hidupnya. Ia selamat dari serangan mematikan Israel terhadap Sekolah Fahmi al-Jarjawi di lingkungan Al-Daraj, Kota Gaza, yang menewaskan keluarganya dan puluhan pengungsi lain. Matanya kosong, mulutnya tertutup trauma, dan hanya tubuh kecilnya yang masih berdiri di antara reruntuhan, seolah takdir membiarkannya hidup semata-mata untuk menjadi saksi.

Tiga puluh satu orang tewas dalam serangan dini hari itu, termasuk 18 anak-anak. Ward adalah satu-satunya yang selamat dari keluarganya. Beberapa jam sebelumnya, ia tidur di sebelah ibunya di ruang kelas yang dijadikan tempat perlindungan, menggenggam tangan hangat yang kini telah menjadi abu. Video yang beredar menunjukkan Ward berkeliaran, menyusuri puing-puing, tubuhnya berjelaga, suaranya hilang. Trauma yang ditanggungnya lebih berat daripada yang seharusnya ditimpakan pada siapa pun terutama seorang anak.

Pamannya, Eyad al-Sheikh Khalil, kini menjadi satu-satunya keluarganya yang tersisa. Ia menceritakan bagaimana Ward kerap terdiam selama berjam-jam, hanya untuk tiba-tiba berteriak memanggil nama ibu, ayah, dan saudara-saudaranya. Nama-nama yang takkan pernah menjawab lagi: Abd, Silwan, Muhammad, Amal. Dalam bisikan yang nyaris tak terdengar, Ward mengulang kalimat yang menghancurkan: “Mereka semua di surga. Pendudukan membunuh mereka. Mereka meninggalkanku dan pergi.”

Mayat keluarganya, kata sang paman, tak lagi dapat dikenali, meleleh karena api dan senjata yang bukan hanya menghancurkan hidup, tapi menghapus identitas. “Pendudukan tidak hanya membunuh,” katanya lirih, “mereka menghapus keberadaan.”

Eyad berjanji akan membesarkan Ward seperti anaknya sendiri, berharap kehangatan keluarganya dapat menyambung kembali sisa-sisa harapan yang retak. Tapi di balik niat itu, ada kemarahan yang tak tertahan. “Di mana dunia Arab? Di mana hati nurani manusia? Bukankah cukup satu anak terbakar hidup-hidup untuk menggugah dunia?”

Ward bukan sekadar anak yang selamat. Ia adalah wajah luka kolektif Gaza, simbol dari sebuah generasi yang lahir dan dibesarkan dalam kehancuran. Ia adalah peringatan hidup bahwa genosida bukan hanya soal angka, tapi nyawa-nyawa kecil yang direnggut dari pelukan keluarga mereka, lalu dibiarkan mengembara sendirian di tengah puing dan diam dunia.

“Tidak boleh ada lagi Ward berikutnya,” kata Eyad. “Pertumpahan darah ini harus dihentikan.”

Bagikan

Baca Berita Terbaru Lainnya

Join Us!