
Lagi, Bantuan Dipersulit Masuk Gaza
29 Jun 2025 - Berita
Lebih dari 100 truk bantuan berisi tepung, obat-obatan, dan makanan darurat memasuki Jalur Gaza pada Kamis, memberikan secercah harapan bagi lebih dari dua juta warga Palestina yang hidup dalam kondisi bencana akibat blokade Israel. Namun, lembaga kemanusiaan menegaskan bahwa bantuan itu jauh dari cukup.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa sembilan truk pertamanya yang membawa pasokan medis berhasil memasuki Gaza sejak awal Maret. Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyebut bantuan tersebut “setetes air di lautan”, mengingat besarnya kebutuhan di lapangan.
Pasokan medis termasuk 2.000 unit darah dan 1.500 unit plasma telah disalurkan ke fasilitas penyimpanan di Kompleks Medis Nasser dan akan dibagikan ke rumah sakit yang kewalahan menangani korban luka, termasuk dari insiden di titik distribusi bantuan.
Kendati ada distribusi terbatas, krisis kemanusiaan memburuk karena gangguan logistik, pembatasan masuknya bantuan, dan tuduhan sabotase oleh militer Israel. Pejabat lokal serta badan-badan PBB menyatakan bahwa pasukan Israel sengaja menghambat penyaluran bantuan dan menciptakan kekacauan di titik distribusi.
Seorang pekerja kemanusiaan menyebut bahwa Israel "menciptakan kerumunan kelaparan" dan menargetkan petugas pengamanan bantuan. Bahkan setelah bantuan berhasil dikirim ke gudang di Gaza oleh tokoh masyarakat lokal, militer Israel memblokir pengiriman berikutnya dengan alasan gudang dikuasai Hamas.
Sejak dibukanya kembali akses terbatas pada akhir Mei, banyak konvoi bantuan gagal mencapai Gaza utara, wilayah yang paling terdampak. Masyarakat lokal kini berinisiatif mengawal truk bantuan, menggantikan sistem internasional yang lumpuh.
Direktur Jaringan Organisasi Masyarakat Sipil Gaza, Amjad al-Shawa, menyebut hanya 45 truk yang berhasil mencapai Gaza utara. Ia memperingatkan bahwa sistem kesehatan telah kolaps 85%, dan lebih dari 80% obat-obatan kini langka.
“Israel sengaja mengendalikan bantuan untuk menciptakan kelaparan,” tegasnya. “Tanpa akuntabilitas, kejahatan ini akan terus terjadi.”
Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) turut mengkritik sistem distribusi yang hanya mengandalkan empat titik bantuan bagi hampir dua juta orang. Lebih dari 3.000 truk bantuan masih tertahan di perbatasan akibat pembatasan Israel dan hambatan logistik.
Komisaris Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, memperingatkan bahwa Gaza menghadapi bencana kelaparan dan kehausan, sementara bahan bantuan menumpuk di luar wilayah. Ia juga menyoroti blokade pasokan bahan bakar selama lebih dari 100 hari, yang menyebabkan keruntuhan sistem air bersih.
Saat ini, hanya 40% fasilitas produksi air minum di Gaza yang masih beroperasi. Lazzarini menyebut situasi ini sebagai “kekeringan buatan manusia” yang mencerminkan parahnya krisis yang dihadapi warga sipil Gaza.