Mustafa, Balita 4 Tahun, Dibunuh Israel Lewat Kelaparan

Mustafa, Balita 4 Tahun, Dibunuh Israel Lewat Kelaparan

25 May 2025 - Berita

Mustafa Mohammed Yassin, anak laki-laki berusia empat tahun, meninggal di Rumah Sakit Al-Ahli Baptist di Gaza akibat kekurangan gizi parah dan dehidrasi. Tubuh kecilnya tak sanggup lagi bertahan hidup di tengah kelaparan yang melanda seluruh wilayah akibat pengepungan brutal Israel yang telah memblokade pasokan makanan, air, dan obat-obatan sejak Oktober 2023. Kementerian Kesehatan Gaza mengonfirmasi kematiannya sebagai salah satu dari banyak korban anak-anak yang tewas karena kebijakan kelaparan sistematis.

Mahmoud Basal, juru bicara Pertahanan Sipil Gaza, menyebut kematian Mustafa sebagai simbol dari kehancuran yang disengaja. “Anak ini punya hak untuk hidup, tumbuh, dan tertawa. Tapi Israel merampas hak itu,” katanya. Ia menegaskan bahwa Mustafa bukan anak pertama yang mati kelaparan, dan jika pengepungan terus berlangsung, dia juga bukan yang terakhir. Dalam 48 jam terakhir saja, 29 anak dan orang tua meninggal karena kelaparan, menurut Menteri Kesehatan Palestina Majed Abu Ramadan.

Gaza, dengan 2,3 juta penduduk, telah didorong ke jurang kehancuran total. Lebih dari 70.000 anak kini mengalami malnutrisi akut, sementara bantuan yang masuk tidak lebih dari segelintir truk—hanya “setetes air di lautan,” menurut Program Pangan Dunia. Hanya tujuh dari 36 rumah sakit yang berfungsi sebagian, dan lebih dari 90 persen stok medis telah habis. Bantuan yang masuk terakhir hanya membawa tepung, tanpa obat-obatan atau perlengkapan gizi.

Pelapor Khusus PBB untuk Hak atas Pangan menuduh Israel menggunakan kelaparan sebagai senjata perang dan mendesak Majelis Umum PBB untuk segera bertindak. Hingga kini, dukungan militer dan politik dari Amerika Serikat terus memungkinkan Israel menjalankan blokade ini tanpa konsekuensi. Lebih dari 175.000 warga Palestina telah terbunuh atau terluka sejak 7 Oktober 2023. Sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak. Lebih dari 11.000 orang masih hilang di bawah reruntuhan, dan ratusan ribu lainnya hidup tanpa makanan, air bersih, atau layanan medis.

Kematian Mustafa adalah hasil langsung dari kebijakan penjajahan yang sadar dan disengaja. Ia tidak mati karena bencana alam, tapi karena dunia membiarkan kebiadaban berlangsung. “Jika dunia masih punya rasa kemanusiaan, dunia harus bertindak sekarang,” kata Basal. “Sebelum lebih banyak anak mati seperti Mustafa.”

Bagikan

Baca Berita Terbaru Lainnya

Join Us!