Netzarim, Jalur Perdagangan yang Luluh Lantak

Netzarim, Jalur Perdagangan yang Luluh Lantak

05 Mar 2025 - Berita

Persimpangan area Netzarim, yang dulu menjadi jalur penting penghubung antara utara dan selatan Jalur Gaza, kini berubah menjadi saksi bisu kehancuran akibat serangan penjajah Israel. Infrastruktur yang hancur, rumah-rumah yang rata dengan tanah, dan fasilitas vital yang tak lagi berfungsi menggambarkan penderitaan warga Palestina yang terus berlanjut.


Jalur Kehidupan yang Hancur

Apa yang dulunya merupakan pusat aktivitas ekonomi kini menjadi koridor penderitaan. Di sepanjang persimpangan, rumah-rumah luluh lantak, lahan pertanian hangus, dan jaringan air serta pembuangan limbah hancur. Warga yang tersisa menyisir puing-puing, mencari sisa-sisa kehidupan mereka yang telah direnggut perang.

"Pendudukan tidak hanya menghancurkan rumah-rumah, tapi juga kehidupan," ujar Haji Abu Mahmoud (70), yang kini kehilangan tempat tinggal.
"Tanah subur kami berubah menjadi tandus, membuat ribuan keluarga kehilangan mata pencaharian."

Kerusakan lahan pertanian semakin memperburuk krisis pangan yang sudah mengancam Gaza, menjerumuskan ribuan keluarga ke dalam kelaparan.


Target Penghancuran: Sekolah, Infrastruktur, dan Air Bersih

Serangan ini tak hanya menyasar rumah warga, tetapi juga sekolah dan pusat komunitas, meninggalkan generasi tanpa akses pendidikan.

"Mereka tidak hanya ingin menghancurkan bangunan, tapi juga harapan dan masa depan anak-anak kami," ujar seorang guru yang kehilangan sekolahnya.

Sementara itu, sistem air dan sanitasi yang telah rapuh sebelum perang kini lumpuh total, meningkatkan risiko wabah penyakit di tengah ribuan warga yang kesulitan mendapatkan air bersih.


Hidup di Tengah Reruntuhan

Warga Gaza kini harus melewati jalan-jalan yang rusak parah, dipenuhi kawah akibat serangan udara, dengan rute memutar yang dikontrol ketat oleh pos militer. Pasukan asing, termasuk Mesir dan Qatar, turut memantau pergerakan mereka, menambah lapisan pembatasan dalam kehidupan sehari-hari.

"Dulu, ini adalah jalur perdagangan utama. Sekarang, jalanan ini tidak bisa dikenali lagi," ujar Salim Al-Namrouti.
"Ini bukan kehancuran acak. Ini penghancuran sistematis yang akan membuat Gaza butuh bertahun-tahun untuk pulih."


Suara dari Reruntuhan

Di tengah puing-puing, Umm Sami memilah-milah barang-barang yang tersisa dari rumahnya yang hancur.

"Ini bukan hanya pakaian, ini adalah kenangan. Mereka tidak hanya menghancurkan bangunan, tapi juga ingin menghapus identitas kami," ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

Dampak ekonominya pun menghancurkan. Martyrs' Junction yang dulu menjadi pusat perdagangan kini tak lebih dari puing-puing yang membisu, menutup mata pencaharian banyak warga Gaza.


Harapan di Tengah Kehancuran

Di balik semua ini, warga Gaza tetap berjuang untuk bertahan. Meski dihantam perang tanpa henti, mereka terus mencoba membangun kembali kehidupan mereka—setiap batu yang ditumpuk, setiap jalan yang diperbaiki, adalah simbol perlawanan terhadap pendudukan dan keinginan untuk merdeka.

Kisah Netzarim adalah pengingat tragis betapa harga kemanusiaan dalam konflik ini begitu besar. Dunia menyaksikan, tetapi warga Gaza harus menghadapi realitas ini sendirian—berjuang, bertahan, dan berharap akan kebebasan yang entah kapan akan datang.

Bagikan

Baca Berita Terbaru Lainnya

Join Us!