
Tak Ada Tempat Berlindung: Perjuangan Pengungsi Gaza untuk Bertahan Hidup di Tengah Cuaca Dingin
05 Mar 2025 - Berita
Saat hujan es turun di Gaza utara, ribuan keluarga pengungsi kembali ke lanskap kehancuran. Rumah-rumah mereka hancur, hancur menjadi puing-puing akibat serangan udara Israel yang tiada henti.
Tanpa tempat berlindung, tenda, dan karavan yang melindungi mereka dari udara dingin yang menusuk, mereka terpaksa berjuang melawan alam dan kenyataan hidup yang menghancurkan akibat pengungsian.
Bertahan hidup di sini adalah perjuangan sehari-hari. Jaringan air dan listrik hancur, membuat seluruh masyarakat tidak memiliki kebutuhan dasar untuk hidup.
Bahkan menemukan tempat untuk mendirikan tenda hampir mustahil—seluruh lingkungan di Jabalia, Beit Lahia, dan Beit Hanoun terkubur di bawah reruntuhan, sebuah pengingat suram akan kehancuran yang telah terjadi.
Karena putus asa mencari tempat berlindung, keluarga-keluarga mendirikan tenda darurat di pinggir jalan, di samping reruntuhan bekas rumah mereka. Beberapa orangtua, yang tidak mampu melindungi anak-anak mereka dari hawa dingin, menyuruh mereka tidur di tenda tetangga—tindakan solidaritas kecil di tengah kehidupan yang tanpa rasa aman.
Menurut Kantor Media Pemerintah, Gaza utara dan Kota Gaza sangat membutuhkan 135.000 tenda dan karavan, karena diperkirakan 90% wilayah tersebut telah hancur dalam apa yang oleh para pejabat digambarkan sebagai tindakan genosida. Namun, bantuan masih belum dapat diperoleh.
Israel telah memblokir masuknya rumah mobil dan peralatan konstruksi ke Gaza, meskipun ada perjanjian gencatan senjata yang ditengahi internasional yang mencakup ketentuan kemanusiaan.
Sementara itu, laporan dari media Israel mengonfirmasi bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah menolak untuk mengizinkan pasokan penting ini masuk ke wilayah tersebut.
Saat diskusi terus berlanjut, keluarga-keluarga di Gaza dibiarkan dalam ketidakpastian—menggigil, kehilangan tempat tinggal, dan dilupakan oleh dunia yang belum bertindak.
Setiap malam yang berlalu tanpa tempat berteduh adalah malam penderitaan lainnya, ujian ketahanan lainnya bagi orang-orang yang telah kehilangan begitu banyak hal.