Selama 618 hari berturut-turut, Israel melanjutkan kampanye militernya di Jalur Gaza, menggabungkan serangan udara tanpa henti, operasi darat, dan strategi kelaparan buatan. Serangan ini telah menewaskan sedikitnya 55.297 warga Palestina dan melukai 128.426 lainnya sejak 7 Oktober 2023, menurut data terbaru Kementerian Kesehatan Gaza. Dalam 24 jam terakhir saja, 86 orang dilaporkan tewas dalam serangan di berbagai wilayah.

Serangan terbaru menargetkan wilayah padat penduduk dan pusat distribusi bantuan. Di Rafah, dua warga sipil tewas saat menunggu bantuan di titik distribusi yang ditetapkan AS. Di Koridor Netzarim, tiga warga sipil tewas oleh tembakan Israel, dan di Khan Younis, jet tempur membombardir Kota Hamad. Di Kota Gaza, pasukan Israel menghancurkan bangunan perumahan di Shuja'iyya dan menembaki warga yang mengantri bantuan di barat kota.

Laporan lapangan juga mencatat serangan artileri berat di Deir al-Balah dan penemuan jenazah di bawah reruntuhan dekat Jembatan Wadi Gaza. Serangan-serangan ini menggambarkan pola konsisten penargetan warga sipil di lokasi bantuan dan zona pengungsian, memperparah risiko kelaparan massal yang kini mengancam lebih dari satu juta orang.

Meski dokumentasi kejahatan perang semakin luas, Israel terus melancarkan operasi militer tanpa konsekuensi internasional yang nyata. Dukungan atau pembiaran dari aktor-aktor global utama memungkinkan berlanjutnya kekerasan, sementara krisis kemanusiaan di Gaza semakin memburuk dari hari ke hari.