Militer Israel pada Minggu pagi mengeluarkan instruksi evakuasi terbaru yang menargetkan wilayah barat daya Deir al-Balah di Gaza tengah, memperparah krisis pengungsian yang telah berlangsung berbulan-bulan di wilayah Palestina yang terkepung.

Instruksi evakuasi ini mencakup blok-blok perumahan bernomor 130, 132–134, 136–139, serta blok 2351. Semua warga sipil di wilayah tersebut, baik yang tinggal di rumah maupun di tenda sementara, diminta untuk segera meninggalkan area dan menuju zona pesisir Al-Mawasi di bagian barat Khan Younis. Wilayah itu ditetapkan sebagai "zona kemanusiaan", meskipun sudah sangat padat dan kekurangan sumber daya.

Perintah ini datang di tengah kekhawatiran global terkait dampak besar pengungsian paksa yang terus dilakukan di seluruh Jalur Gaza. Menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), hingga 28 Mei, lebih dari 80% wilayah Gaza telah dinyatakan sebagai zona militer tertutup atau berada di bawah perintah evakuasi aktif.

Sejak 18 Maret, tentara Israel telah mengeluarkan setidaknya 31 perintah evakuasi, yang berdampak pada lebih dari 229 kilometer persegi wilayah — hampir seluruh kawasan Gaza yang masih dapat dihuni.

UNRWA melaporkan bahwa sekitar 1,9 juta orang, atau sekitar 90% dari seluruh penduduk Gaza, kini hidup dalam pengungsian. Banyak di antaranya telah mengungsi lebih dari satu kali — bahkan ada yang sampai sepuluh kali — selama konflik yang dimulai sejak 7 Oktober 2023.

Didukung oleh Amerika Serikat, perang Israel di Gaza telah menciptakan krisis kemanusiaan besar-besaran. Lebih dari 195.000 warga Palestina telah terbunuh atau terluka, dengan mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak. Serangan yang tiada henti telah menghancurkan infrastruktur Gaza, melumpuhkan sistem kesehatan, dan menyebabkan kelaparan serta kehilangan tempat tinggal dalam skala besar.

Lembaga-lembaga kemanusiaan memperingatkan bahwa tanpa penghentian perang dan solusi politik yang nyata, penderitaan rakyat Gaza hanya akan bertambah parah.