Perang dan Pemukim Israel Menghancurkan Palestina
30 Oct 2025 - Berita
Musim panen zaitun, simbol keteguhan dan warisan Palestina selama berabad-abad, kembali berubah menjadi musim ketakutan. Di tengah kebun yang terbakar dan tanah yang dibanjiri darah, warga Palestina menghadapi gelombang kekerasan pemukim dan kehancuran militer Israel yang meluas.
Menurut Kantor HAM PBB, hanya dalam paruh pertama 2025 terjadi lebih dari 750 serangan pemukim terhadap petani dan lahan zaitun di Tepi Barat. Pohon-pohon berusia ratusan tahun dicabut dan dibakar, sering kali di bawah pengawasan pasukan pendudukan. Pada Agustus, tentara Israel mencabut 10.000 pohon di Al-Mughayyir, sementara petani hanya diberi izin beberapa hari untuk panen yang butuh berminggu-minggu.
“Setiap desa harus tahu mereka akan membayar harga mahal,” kata Mayor Jenderal Israel Avi Bluth, membenarkan kebijakan pembalasan kolektif yang dilarang hukum internasional.
Di Gaza, kehancuran bahkan lebih total. FAO melaporkan 98,5% lahan pertanian hancur, dan lebih dari satu juta pohon zaitun musnah. Sistem irigasi, sumur, dan pabrik pengepres minyak rata dengan tanah. Kelompok HAM Al Mezan menuduh Israel melakukan ekosida, menjadikan Gaza “tak layak huni”.
Kini, keluarga Gaza yang kelaparan membakar sisa pohon zaitun mati untuk bahan bakar. Amnesty International menyebut penghancuran pertanian ini bagian dari “penggunaan kelaparan sebagai senjata perang”, inti dari kebijakan genosida terhadap rakyat Palestina.
“Serangan terhadap panen zaitun bukan hanya serangan ekonomi,” tegas Ajith Sunghay, kepala Kantor HAM PBB di Palestina. “Ini adalah upaya untuk mencabut bangsa Palestina dari tanahnya, selangkah demi selangkah.”
Bagi rakyat Palestina, zaitun bukan sekadar hasil bumi, ia adalah simbol sumud, keteguhan melawan penjajahan. Tapi di bawah pendudukan yang kejam, bahkan buah perdamaian itu pun kini dipanen dengan darah.