
78% Wilayah Gaza Jadi “Zona Bahaya”
02 Jul 2025 - Berita
Analisis baru dari lembaga pemantau Sanad menunjukkan bahwa 78 persen wilayah Jalur Gaza kini diklasifikasikan sebagai "zona bahaya ekstrem", seiring eskalasi perintah evakuasi yang dikeluarkan oleh militer Israel sejak pertengahan Maret 2025.
Penelitian yang dilakukan antara 18 Maret hingga 29 Juni mencocokkan peringatan evakuasi Israel dengan peta operasional militer yang digunakan sejak awal perang pada 7 Oktober 2023. Hasilnya, sekitar 282,8 kilometer persegi dari total 364,8 kilometer persegi wilayah Gaza kini berstatus tidak aman.
Situasi ini memaksa hampir dua juta warga Palestina mengungsi ke wilayah yang sangat sempit, kurang dari seperempat luas Gaza yang sudah termasuk salah satu kawasan terpadat di dunia.
Lonjakan pengungsian terjadi setelah dimulainya operasi militer besar-besaran bertajuk “Gideon's Chariot”, yang disertai pemboman dan serangan darat di berbagai wilayah. Perintah evakuasi massal dikeluarkan untuk Gaza utara dan Rafah di selatan, memicu perpindahan besar-besaran penduduk.
Ratusan ribu warga telah diusir dari kota-kota dan kawasan padat penduduk, termasuk Beit Hanoun, Beit Lahiya, Jabalia, Sheikh Zayed, Tal Al-Zaatar, Al-Shujaiya, dan Tuffah. Seruan evakuasi juga meluas ke Deir Al-Balah di tengah Gaza dan Khan Younis bagian timur.
Kantor Media Pemerintah di Gaza mengecam operasi militer ini sebagai tindakan "sistematis" untuk membunuh dan menggusur warga sipil. Mereka juga menuduh drone Israel sengaja membakar tenda-tenda pengungsi di beberapa wilayah, termasuk Jabalia dan Beit Lahiya.
Diperkirakan 300.000 warga telah meninggalkan Gaza utara dalam beberapa pekan terakhir. Di Kota Gaza, ribuan pengungsi baru terus berdatangan, namun tidak memiliki akses ke tempat perlindungan maupun kebutuhan dasar.
Dengan kamp-kamp pengungsian yang penuh dan infrastruktur sipil yang hancur, banyak keluarga kini terpaksa tidur di jalan-jalan utama seperti Al-Jalaa dan Al-Saftawi.
Laporan Sanad menegaskan krisis kemanusiaan yang kian memburuk. Warga Palestina terus terjebak di ruang yang makin sempit dan berbahaya, tanpa jalan keluar yang aman dan dengan sedikit harapan untuk bertahan hidup.