
Israel dan AS Pusatkan Distribusi Bantuan di Rafah, Jadi Titik Pembantaian
01 Jun 2025 - Berita
Lebih dari 35 warga sipil dilaporkan tewas dan lebih dari 150 lainnya luka-luka dalam serangan di titik distribusi bantuan di Rafah barat, Gaza selatan. Ribuan warga, yang tengah mengantre bantuan kemanusiaan di tengah krisis kelaparan akibat blokade dan perang yang terus berlangsung, menjadi sasaran tembakan dan ledakan saat berkumpul di lokasi tersebut.
Insiden ini terjadi di area yang sebelumnya ditetapkan sebagai lokasi distribusi bantuan di bawah pengawasan militer Israel. Menurut informasi yang beredar, warga datang ke lokasi setelah adanya seruan yang mengarahkan mereka ke titik tersebut, namun sesampainya di sana justru menghadapi serangan yang mematikan.
Lokasi distribusi yang seharusnya menjadi tempat penyelamatan bagi penduduk yang kelaparan justru berubah menjadi medan kekerasan. Banyak yang melihat serangan ini sebagai tindakan terencana, dengan menilai bahwa tempat-tempat bantuan kini berisiko digunakan sebagai bagian dari taktik militer.
Seruan untuk tindakan internasional kembali muncul setelah peristiwa ini. Beberapa pihak menekankan perlunya penyelidikan independen untuk mengungkap tanggung jawab atas kematian massal di titik bantuan dan mengkritisi penggunaan distribusi kemanusiaan sebagai bagian dari operasi militer. Mekanisme distribusi bantuan yang dikendalikan sepenuhnya oleh pihak yang juga terlibat dalam konflik dipertanyakan, terutama jika justru memperburuk penderitaan warga sipil.
Desakan juga diarahkan pada pembukaan jalur-jalur perlintasan Gaza secara penuh agar bantuan kemanusiaan dapat masuk tanpa hambatan, di bawah koordinasi badan-badan independen seperti PBB. Selain itu, tekanan terhadap negara-negara Arab dan Islam meningkat agar memberikan respons nyata untuk mendukung penduduk Gaza dan menghentikan kekerasan yang terus berlangsung.
Peristiwa ini menjadi pengingat terbaru akan kompleksitas medan konflik di Gaza, di mana bahkan titik bantuan pun tak lagi menjamin keselamatan, dan warga sipil tetap menjadi kelompok yang paling rentan di tengah perang yang telah menewaskan dan melukai lebih dari 178.000 orang sejak Oktober 2023.