Para Ahli Mengatakan Media Barat Membiarkan Genosida Gaza

Para Ahli Mengatakan Media Barat Membiarkan Genosida Gaza

05 Jul 2025 - Berita

Saat perang Israel di Gaza terus meluas, sejumlah pakar media, sejarawan, dan aktivis hak asasi manusia memperingatkan bahaya bias media Barat dalam membentuk persepsi global sekaligus menghapus jejak kekejaman yang mereka sebut sebagai genosida. Dalam diskusi yang diselenggarakan oleh International Centre of Justice for Palestinians (ICJP) di London, para pembicara menuding media arus utama Barat telah meremehkan, menyamarkan, atau menyangkal skala kekerasan terhadap warga Palestina. Mereka menilai hal ini bukan sekadar kegagalan jurnalistik, melainkan upaya sistematis mengaburkan ingatan sejarah dan melemahkan akuntabilitas. Dr. Omar al-Ghazzi dari London School of Economics menyebutnya sebagai "perang melawan ingatan", menekankan bahwa cara perang ini diberitakan hari ini akan membentuk warisan sejarah esok hari.

Temuan dari Centre for Media Monitoring (CFMM) mendukung kekhawatiran ini, menunjukkan bahwa istilah “genosida” telah dihapus oleh BBC lebih dari 100 kali dalam satu tahun terakhir, dan kata “pembantaian” jauh lebih sering digunakan untuk menggambarkan serangan Hamas dibanding Israel, meskipun jumlah korban di Gaza jauh lebih besar. Analis media Faisal Hanif menyebut pola ini mencerminkan bias sistemik dan penerimaan tanpa kritik terhadap narasi resmi Israel, khususnya yang menargetkan jurnalis Palestina.

Rachel Shabi, jurnalis Inggris-Israel, menyoroti bagaimana media internasional membenarkan larangan terhadap jurnalis asing atas nama keamanan, sambil mendiskreditkan jurnalis lokal Palestina sebagai simpatisan Hamas. Suara dan kesaksian warga Palestina, katanya, kerap diperlakukan seolah tak layak dipercaya. Sejarawan Avi Shlaim menambahkan bahwa Israel secara aktif menggunakan propaganda untuk menekan kritik dan membungkam label genosida dengan tuduhan antisemitisme. Sementara itu, pakar genosida Martin Shaw menggambarkan situasi ini sebagai bentuk “penyangkalan implikatif”, yakni pengakuan atas kekejaman yang tidak diikuti dengan tindakan nyata untuk menghentikannya. Ia menilai dunia kini menyaksikan berakhirnya era intervensi kemanusiaan, di mana kekuasaan dijalankan tanpa perlu menyamar.

Wadah Khanfar, mantan Direktur Jenderal Al Jazeera, menyebut bias media ini sebagai bagian dari proyek geopolitik yang lebih luas, yang bertujuan membentuk ulang Timur Tengah tanpa melibatkan masyarakat Arab sendiri. Ia menuduh Israel bertindak sewenang-wenang, termasuk dalam serangan terhadap Iran, yang menurutnya dapat mendorong kawasan ke ambang konfrontasi nuklir. “Kita sedang menuju zaman kegelapan baru,” ujarnya.

Dari dalam Israel, mantan negosiator perdamaian Daniel Levy memperingatkan bahwa strategi militer Israel tidak berkelanjutan. Ia menyoroti meningkatnya jumlah tentara cadangan yang menolak bertugas dan menyebut perang yang berkepanjangan ini sebagai jalan menuju kehancuran. Di sisi hukum, Direktur ICJP Tayab Ali menilai sistem hukum internasional hanya kuat di atas kertas namun lemah dalam praktik, dan selektivitas penerapannya justru memperkuat impunitas Israel.

Para panelis sepakat bahwa ini bukan sekadar krisis kemanusiaan, tetapi krisis kebenaran dan keadilan. Jika media terus gagal menjalankan perannya, mereka memperingatkan, dunia mungkin akan kehilangan ingatan kolektif atas apa yang sebenarnya terjadi di Gaza.

Bagikan

Baca Berita Terbaru Lainnya

Join Us!