PBB: 10 Anak Kehilangan Kaki Setiap Hari di Gaza

PBB: 10 Anak Kehilangan Kaki Setiap Hari di Gaza

17 Jul 2025 - Berita

Sebuah laporan mengejutkan dari Kantor Hak Asasi Manusia PBB (OHCHR) mengungkapkan bahwa rata-rata 10 anak per hari di Gaza kehilangan satu atau kedua kaki mereka di tengah genosida Israel yang sedang berlangsung di sana.

Laporan PBB menyoroti dampak yang tak terbayangkan pada kelompok termuda dan paling rentan di wilayah tersebut.

Dalam sebuah posting di X, OHCHR menyatakan bahwa “10 anak per hari kehilangan satu atau kedua kakinya,” dan bahwa “134.105 orang, termasuk lebih dari 40.500 anak-anak, mengalami cedera baru yang berkaitan dengan perang.”

Di antara yang terluka, lebih dari 35.000 orang diyakini menderita kerusakan pendengaran yang signifikan akibat ledakan yang hebat dan berulang.

Pejabat kemanusiaan menggambarkan krisis ini sebagai sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan semakin banyaknya amputasi yang dilakukan dalam kondisi yang mengerikan, sering kali tanpa anestesi, peralatan bersih, atau listrik, sementara rumah sakit dan klinik lapangan di Gaza runtuh akibat beban konflik dan blokade yang tak henti-hentinya.

“Ini adalah perang terhadap anak-anak,” kata Adele Khodr, Direktur Regional UNICEF untuk Timur Tengah, sambil memperingatkan bahwa Gaza kini memiliki jumlah anak-anak yang diamputasi per kapita tertinggi di dunia.

Kelompok bantuan seperti Save the Children dan Médecins Sans Frontières mengonfirmasi bahwa lebih dari 3.000 anak telah kehilangan anggota tubuh sejak perang dimulai, dan kemungkinan besar masih banyak lagi yang tidak terhitung.

Di bangsal yang penuh sesak, anak-anak seperti Yahya yang berusia 10 tahun, yang kehilangan kedua kakinya dalam serangan udara, terbaring tak bergerak, bertanya kapan mereka bisa kembali ke sekolah atau bermain sepak bola, pertanyaan yang tidak ada orang dewasa di Gaza yang tahu bagaimana menjawabnya.

Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini menyebut penderitaan ini “tidak dapat diterima,” dan menambahkan bahwa anak-anak membayar harga tertinggi atas perang yang tidak mereka mulai.

Ketika jumlah korban sipil meningkat dan infrastruktur medis runtuh, lembaga-lembaga kemanusiaan terus menyerukan gencatan senjata segera dan akses kemanusiaan tanpa batas.

Namun, meskipun kemarahan internasional meningkat, pemboman terus berlanjut, meninggalkan jejak kehidupan yang hancur, masa depan yang hancur, dan generasi anak-anak yang mungkin tidak akan pernah bisa berjalan lagi.


Bagikan

Baca Berita Terbaru Lainnya

Join Us!