PBB: 14.000 bayi di Gaza bisa meninggal dalam 48 jam

PBB: 14.000 bayi di Gaza bisa meninggal dalam 48 jam

21 May 2025 - Berita

Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan peringatan darurat bahwa 14.000 bayi di Jalur Gaza terancam meninggal dalam 48 jam jika bantuan kemanusiaan tidak segera diizinkan masuk. Krisis ini, menurut PBB, adalah hasil langsung dari blokade brutal Israel yang telah memutus pasokan vital selama hampir tiga bulan.

Tom Fletcher, Wakil Sekretaris Jenderal PBB dan Koordinator Kemanusiaan, menyebut situasi di Gaza sebagai "bencana" setelah hanya lima truk bantuan diperbolehkan masuk pada Senin lalu — sebuah jumlah yang digambarkannya sebagai “setetes air dalam ember.”

“Bayi-bayi ini kelaparan karena ibu mereka tidak lagi mampu menyusui akibat kekurangan gizi ekstrem. Kami mempertaruhkan segalanya untuk menyediakan makanan bagi anak-anak,” tegas Fletcher. “Kita hanya punya waktu dua hari untuk menyelamatkan mereka.”

Fletcher menyoroti bahwa bantuan yang masuk belum menyentuh wilayah-wilayah paling terdampak, sementara malnutrisi merajalela dan sistem kesehatan runtuh total.

Kecaman juga datang dari Inggris, Prancis, dan Kanada, yang secara langka mengkritik kebijakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Ketiga negara tersebut menyebut akses kemanusiaan yang diberikan Israel “sepenuhnya tidak memadai.”

UNRWA, badan PBB untuk pengungsi Palestina, memperkuat peringatan Fletcher dengan menyatakan bahwa Gaza kini menghadapi bencana kemanusiaan terburuk sejak agresi dimulai pada 7 Oktober 2023. Badan tersebut menuntut penghentian segera terhadap politisasi bantuan dan memperingatkan bahwa Gaza membutuhkan dukungan besar-besaran untuk mencegah kelaparan massal.

Meski Israel mengklaim telah menyetujui 100 truk bantuan, hanya lima yang benar-benar diizinkan masuk melalui perlintasan Kerem Shalom pada Selasa. Seorang pejabat Uni Eropa menyebut langkah ini sebagai “setetes air di lautan,” dan menuduh penjajahan Israel mengelola bantuan dengan niat politik yang keji.

Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini secara terang-terangan menuduh Israel menggunakan kelaparan sebagai alat perang. “Israel mengeksploitasi kelaparan dan makanan untuk tujuan politik dan militer,” ujarnya. “Gaza tidak butuh rintangan, tidak butuh penundaan. Gaza butuh aliran bantuan tak terbendung untuk menghentikan kematian massal.”

UNRWA juga melaporkan bahwa serangan udara, darat, dan laut Israel yang membabi buta terus menewaskan warga sipil dan memaksa jutaan orang mengungsi. Situasi diperburuk oleh infrastruktur kesehatan yang ambruk dan tak adanya pasokan medis.

Sejak 2 Maret, Israel menutup hampir semua titik perbatasan utama, membuat ribuan ton bantuan terhenti di luar Gaza. Akibatnya, 2,4 juta warga Palestina menjadi korban taktik kelaparan sistematis yang secara sadar dijalankan oleh penjajah Israel — sebuah kejahatan yang mendorong Gaza ke dalam bencana kemanusiaan buatan manusia.

PBB dan UNRWA menuntut dunia internasional segera bertindak, bukan hanya menyaksikan, sebelum bayi-bayi yang kini terbaring lemah di tengah kehancuran menjadi korban selanjutnya dari kejahatan yang disengaja.

Bagikan

Baca Berita Terbaru Lainnya

Join Us!