
Warga Gaza Bakar Perabot Rumah untuk Masak Akibat Krisis Gas Memasak
12 May 2025 - Berita
Krisis kemanusiaan di Gaza semakin memburuk seiring dengan terhentinya pasokan gas memasak akibat blokade Israel. Warga terpaksa membakar reruntuhan rumah, perabot, bahkan sampah untuk menyiapkan makanan, meskipun hal ini berdampak serius pada kesehatan dan lingkungan.
Sejak pecahnya perang pada 7 Oktober 2023, lebih dari dua juta warga Gaza kehilangan akses total terhadap gas memasak. Upaya jeda kemanusiaan yang memungkinkan pengiriman gas sempat dilakukan selama gencatan senjata singkat, namun akses tersebut kembali terputus sejak runtuhnya kesepakatan pada 18 Maret 2024, yang sebelumnya ditengahi Mesir dan Qatar dengan dukungan Amerika Serikat.
Sejumlah warga mengaku membakar barang-barang milik pribadi demi bertahan hidup. Mohammad Mousa, ayah enam anak, menyatakan telah menggunakan perabot rumahnya untuk memasak setelah harga kayu melonjak dari satu menjadi tiga shekel. “Saya tidak bekerja sejak perang dimulai. Semua yang saya miliki habis untuk mengungsi demi keselamatan anak-anak,” ujarnya.
Kamal Obeid, warga lainnya, menyebut terpaksa membakar plastik dan sampah setelah kehabisan perabot. “Anak-anak saya kini sakit karena udara beracun di dalam rumah,” kata ayah empat anak tersebut.
Mouin Abd Al-Al, pengungsi dari kawasan Al-Nasr, mengandalkan puing-puing rumahnya untuk menyalakan api. Ia mengaku menderita gangguan pernapasan akibat paparan asap dari pembakaran bahan-bahan berbahaya.
Warga Gaza menyerukan kepada masyarakat internasional untuk segera mengakhiri blokade dan mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan, termasuk gas, makanan, dan obat-obatan. “Kami hanya ingin kebutuhan dasar untuk menjaga anak-anak kami tetap hidup,” ujar salah seorang warga.
Di tengah reruntuhan dan asap, api yang menyala di Gaza kini menjadi lambang perjuangan hidup warga sipil dalam kondisi yang kian memburuk.