
Israel luncurkan 200 serangan udara di Gaza dalam 48 jam
26 May 2025 - Berita
Dalam 48 jam terakhir, militer penjajah Israel mengklaim telah melancarkan lebih dari 200 serangan udara di Jalur Gaza, menargetkan apa yang mereka sebut sebagai “infrastruktur teroris.” Serangan tersebut mencakup depot senjata, posisi penembak jitu, anti-tank, dan jaringan terowongan. Namun, kenyataannya di lapangan menunjukkan hasil yang berbeda: puluhan warga sipil Palestina kembali menjadi korban, termasuk anak-anak, ketika bom-bom dijatuhkan di lingkungan padat penduduk dan tempat perlindungan.
Salah satu insiden paling mematikan terjadi pada Senin dini hari, ketika pesawat tempur Israel menghantam sekolah UNRWA Fahmi al-Jarjawi di lingkungan Al-Daraj, Kota Gaza. Sekolah tersebut menjadi tempat perlindungan bagi keluarga-keluarga pengungsi yang mencari keselamatan, namun malah berubah menjadi lokasi pembantaian. Setidaknya 36 orang tewas, termasuk enam anak-anak. Para saksi mata menyebutnya sebagai salah satu pembantaian paling mengerikan dalam perang ini, menggambarkan tubuh-tubuh hangus ditarik dari reruntuhan, dan jeritan anak-anak yang terbakar hidup-hidup.
Di rumah sakit Al-Shifa dan Al-Maamdani, dokter bekerja tanpa henti, meski hampir seluruh fasilitas medis kekurangan obat, listrik, dan peralatan dasar. Mereka berjuang mempertahankan nyawa para korban yang terus berdatangan.
Di Jabalia al-Balad, Gaza utara, rumah keluarga lain hancur akibat serangan udara. Sebanyak 19 orang tewas dalam satu ledakan, termasuk ibu dan enam anak dari keluarga Ward Jalal Sheikh Khalil. Ward selamat, tapi luka emosionalnya jelas tak akan pernah sembuh. Ia muncul dari kobaran api sambil menangis memanggil ibunya, pemandangan yang segera menyebar luas di media sosial dan menggemparkan hati publik internasional.
Serangan juga menghantam taman kanak-kanak yang digunakan sebagai tempat perlindungan di kamp Maghazi, Gaza tengah, menewaskan sedikitnya satu orang. Sepanjang hari Senin, serangan udara berlanjut tanpa henti, dengan wilayah dari Beit Lahiya di utara hingga Khan Younis di selatan menjadi sasaran.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, pada hari Minggu saja, sedikitnya 32 warga sipil tewas akibat serangan Israel. Jumlah itu terus bertambah dari hari ke hari.
Kini memasuki hari ke-70 sejak Israel memulai operasi militer besar-besaran, intensitas serangan meningkat tajam, dengan hasil yang nyata: kehancuran masif dan pembantaian warga sipil. Sejak 7 Oktober 2023, lebih dari 175.000 warga Palestina telah gugur atau terluka, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak. Lebih dari 11.000 masih hilang, dan ratusan ribu lainnya terusir dari rumah mereka.
Sementara militer Israel menyebut aksi ini sebagai operasi “presisi,” kenyataan di lapangan menunjukkan skenario lain: perang yang tanpa batas, tanpa perbedaan, dan tanpa perlindungan bagi siapa pun. Gaza, yang terkepung dan hancur, kini berdiri sebagai simbol penderitaan kolektif, dengan genosida yang terus berlangsung di hadapan dunia.